Marah bukanlah respon yang cerdas. orang bijak selalu bahagia, dan orang yang bahagia tak akan marah. Marah terutamanya adalah hal yang tidak masuk akal.
Suatu sore, ketika saya sedang memperhatikan jalan, sekilas terbayang seorang pria 16thn yang pada siang hari sesuasai acara ulang tahun temannya, sedang memaki maki kepalanya "kepala brengsek! kau tau itu adalah barang yang sangat penting! kau tau aku sudah lama menyiapkannya dan kau biarkan aku lupa membawanya. Dasar babi.!! ini juga bukan yang pertama kali.
pria itu menyalahkan kepalanya, seolah olah si kepala punya banyak alasan untuk menjawab. Dia pikir si kepala sengaja menyakitinya, "Aha! dia akan menggunakanku untuk mengingat. Aku tau ia sangat membutuhkan kado itu, aku akan membiarkannya pergi tanpa kado itu lalu ... aku sengaja tidak mengingatkannya, dan dia lupa.! Kena dia" si kepala mungkin tampak jahat, tapi mereka hanyalah sebuah kepala, itu saja. apasih yang akan anda harapkan dari sebuah kepala?
Lalu saya membayangkan pria itu pada malam harinya bertemu dengah kekasihnya, "Kamu brengsek! kamu tahu sekarang setahun kita jadian. kamu tau kamu harus membawakan aku kado, dan kamu malah melupakannya. dasar babi! , dan ini juga bukan yang pertama kali kamu melupakannya!"
si pasangan menyalahkan si pria 16 thn, seolah si pria punya banyak alasan. Dia pikir si pria memang sengaja menyakitinya " Aha! aku tau sekarang hari jadiian kami. aku tidak akan membawa kado, aku akan sengaja lupa membawanya. Dan dia marah! Kena dia!" Pria tersebut mungkin tampak jahat, tapi dia hanyalah pria biasa, itu saja. Apasih yang anda harapkan dari pria pelupa sepertinya?